Jumat, 23 Desember 2011

Al Hamiid


(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc)

Salah satu nama Allah l adalah Al-Hamiid (الْحَمِيدُ), yakni Yang Maha terpuji. Nama ini tersebut dalam firman Allah l:
“Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah l) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji.” (Al-Baqarah: 267)
“Wahai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha terpuji.” (Fathir: 15)
Dalam hadits dari Abdurrahman bin Abi Laila t, dia berkata:
لَقِيَنِى كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ: أَلاَ أُهْدِى لَكَ هَدِيَّةً سَمِعْتُهَا مِنَ النَّبِيِّ n؟ فَقُلْتُ: بَلَى، فَأَهْدِهَا لِى. فَقَالَ: سَأَلْنَا رَسُولَ اللهِ n فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، كَيْفَ الصَّلاَةُ عَلَيْكُمْ أَهْلِ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ؟ قَالَ: قُولُوا: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Ka’b bin Ujrah telah berjumpa denganku, lalu beliau mengatakan: “Tidakkah aku beri kamu hadiah yang aku dengar dari Nabi n?” Maka aku katakan: “Ya, berikan hadiah itu kepadaku.” Maka beliau mengatakan: “Kami telah bertanya kepada Rasulullah n. Kami mengatakan: ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah bershalawat kepada kalian keluarga Nabi? Sesungguhnya Allah telah mengajari kami bagaimana memberikan salam (kepada kalian).’ Maka Nabi berkata: ‘Bacalah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Ya Allah, berikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana engkau berikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Agung’.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kata Al-Hamiid berasal dari akar kata ha-mi-da (حَمِدَ), terdiri dari huruf ح-م-د yang artinya adalah lawan dari celaan (yaitu pujian). Seseorang disebut mahmud (مَحْمُودٌ) atau Muhammad (مُحَمَّدٌ) bila terdapat pada dirinya banyak sifat kebaikan, bukan sifat yang tercela. (Mu’jam Maqayis Al-Lughah)
Asy-Syaikh Muhammad Khalil Harras mengatakan: “Al-Hamdu (الْحَمْدُ) artinya pujian dengan lisan atas suatu kebaikan yang adanya bukan karena keterpaksaan, baik itu berupa jasa atau bukan….”
Kata Al-Hamiid (الحَمِيْد) adalah salah satu dari Al-Asma’ul Husna. Kata ini sesuai dengan wazan (bentuk susunan) fa‘il (فَعِيلٌ) (sebagai pelaku) namun bermakna maf’ul (مَفْعُولٌ) (sebagai obyek). Sehingga maknanya adalah (Yang terpuji) yang berhak atas segala pujian yang telah terjadi ataupun yang diperkirakan akan terjadi. Maka, seluruh bagian dari pujian yang terwujud atau yang ditakdirkan nanti akan terwujud, semua itu tetap bagi Allah l. Allah l berhak terhadapnya, dengan sebab sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan keindahan yang Dia miliki. Oleh karena itu, pendapat yang kuat bahwa alif dan lam dalam kata Al-Hamid itu berfungsi untuk istighraq (mencakup) seluruh bagian pujian.
Ibnu Utsaimin t mengatakan bahwa (الْحَمِيدُ) juga bermakna faa’il (pelaku pujian) yakni Dia memuji hamba-hamba-Nya dan para wali-Nya yang menegakkan perintah-Nya.
Ibnul Qayyim t menyebutkan bahwa Al-Hamiid memiliki dua makna:
Pertama: Seluruh makhluk mengucapkan pujian terhadap-Nya, maka segala pujian yang terwujud dari seluruh penduduk langit-langit dan bumi, yang awal maupun yang akhir dari mereka, serta semua pujian yang terjadi dari mereka di dunia dan akhirat, juga semua pujian yang belum terwujud dari mereka bahkan yang masih dalam pengandaian, demikian pula yang tersembunyi, selama berlangsungnya zaman dan berjalannya waktu; dengan pujian yang memenuhi alam-alam seluruhnya baik yang atas maupun bawah dan memenuhi yang semacam alam itu tanpa hitungan, maka sesungguhnya Allah l berhak terhadapnya dari banyak sisi. Yaitu, karena Allah l yang menciptakan mereka, memberi mereka rezeki, dan melimpahkan nikmat lahir maupun batin kepada mereka, terkait urusan keduniaan ataupun urusan agama. Juga karena Allah  l telah memalingkan mereka dari bencana ataupun hal-hal yang tidak disukai. Apapun nikmat yang ada pada hamba-hamba maka itu dari Allah l. Tidaklah ada yang menghalangi dari kejelekan dan kejahatan melainkan Dia. Maka, Allah l mempunyai hak agar mereka memuji-Nya dalam segala waktu, menyanjung-Nya, dan mensyukuri-Nya sebanyak saat-saat yang berjalan.
Kedua: Allah l terpuji karena apa yang Dia miliki berupa Al-Asma’ul Husna dan sifat-sifat yang sempurna nan tinggi, segala hal yang terpuji serta sifat yang indah dan agung. Milik-Nyalah seluruh sifat kesempurnaan. Sifat-sifat yang Ia miliki berada pada puncak kesempurnaan dan kebesaran. Sehingga dalam setiap sifat dari sifat-sifat-Nya, Ia berhak dipuji dengan pujian yang sempurna dan sanjungan yang sempurna. Lantas bagaimana dengan seluruh sifat-Nya yang suci? Milik-Nyalah segala pujian karena Dzat-Nya, milik-Nyalah segala pujian karena sifat-sifat-Nya, dan milik-Nyalah segala pujian karena perbuatan-perbuatan-Nya yang berkisar antara karunia dan kebaikan, serta antara keadilan dan hikmah yang dengannya Dia berhak mendapatkan pujian yang sempurna. Milik-Nyalah pula segala pujian karena penciptaan-Nya, karena syariat-Nya, karena hukum-hukum takdir-Nya atau hukum syariat-Nya, serta hukum pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat. Perincian pujian-Nya dan apa yang Dia dipuji karenanya tidaklah bisa dijangkau oleh pikiran dan tidak bisa dihitung oleh pena.”

Buah Mengimani Nama Allah Al-Hamid
Di antara buah mengimaninya adalah kita mengetahui kemuliaan sifat-sifat Allah  l dan keindahan perbuatan-perbuatan-Nya, di mana semua sifat dan perbuatan-Nya berhak untuk dipuji. Sehingga pantaslah kalau segala puji itu milik-Nya. Maka hendaknya kita selalu berbaik sangka kepada-Nya atas segala ketetapan-Nya. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar